(gambar: cakka.web.id)
Menurut Bapak Ashwin Pulungan dalam sebuah tulisannya di http://edukasi.kompasiana.com/ mengutarakan opininya tanggal 15 April 2012 tentang Ujian Nasional bahwa UN yang telah dilaksanakan selalu bernuansa :
Rizky-catatanku.---Evaluasi
pendidikan di sekolah atau madrasah saat ini ada yang salah ternyata. Mengapa ?
Ya, tentu ! Sebab selama proses pendidikan baik-baik saja tetapi
ujung-ujungnya di akhir evaluasi membodohi diri sendiri.
Saat proses digembor-
gemborkan kejujuran, karakter lah dsb ternyata di akhir evaluasi banyak terjadi
kecurangan. Banyak korban akibat diperlakukannya Ujian Nasional sebagai penentu
kelulusan.
Di antaranya seorang guru dari Sumatera Utara Bapak Daud.M. Hutabarat, M.Pd, beliau mempertahankan prinsip kejujuran sehingga berdampak berpindah-pindah mengajar sebab tidak sepaham dengan kepala sekolahnya.
Di antaranya seorang guru dari Sumatera Utara Bapak Daud.M. Hutabarat, M.Pd, beliau mempertahankan prinsip kejujuran sehingga berdampak berpindah-pindah mengajar sebab tidak sepaham dengan kepala sekolahnya.
Ada juga korban dari sisi
siswa, sebut saja panggilannya si Aya, seorang siswa kelas III SMA yang berani
mempertahankan prinsip kejujurannya sehingga harus tidak lulus sebanyak 3
(tiga) kali dan sekarang telah menjadi mahasiswa jurusan ilmu kesehatan di
salah satu perguruan tinggi. Setelah diwawancarai oleh stasiun tv MetroTV
ternyata siswa tersebut siswa peraih rangking tiga besar di sekolahnya dan
ketika harus mengikuti Ujian Nasional ternyata tidak lulus, bahkan sebanyak
tiga kali mengikuti UN baru lulus.
Evaluasi Ujian Nasional
ternyata TIDAK TEPAT sebagai PENENTU KELULUSAN yang dapat memberikan dampak NEGATIF
terhadap perkembangan sitem pendidikan di Indonesia.
Kasus lain ada juga di
sekolah dasar, seorang anak sekolah dasar yang bernama M.Abrary Pulungan anak
dari seorang ibu Irma Winda Lubis yang harus memberikan jawaban kepada
teman-temannya terjadi pada 10 Mei 2011. Yang akhirnya menyebabkan si anak
menjadi tertekan dan stress akhirnya melaporkan kepada ibundanya. Dan ibundanya
kemudian melaporkan hal ini kepada KOMNAS HAM bahkan sampai di badan pendidikan
dunia di PBB yaitu UNESCO.
Kisah si anak sekolah
dasar tersebut kemudian menginspirasikan seorang produser film untuk membuatkan
sebuah film yang berjudul “ TEMANI AKU BUNDA”. Kemudian ada juga seorang
penulis membuat sebuah buku inspirasi dari kejadian tersebut dari Yogyakarta
buku tersebut berjudul “Guru Gokil Murid Unyu” yang memberikan isi pesan dari
buku tersebut adalah bagaimana seharusnya meminimalisir ketidak jujuran.
OH ternyata ada yang salah
dengan sistem evaluasi pendidikan kita ! Jika memang Ujian Nasional hanya untuk
melihat sejauh mana mutu sumber daya manusia Indonesia, seharusnya TIDAK dengan
cara “memaksa” . Selama ini Ujian Nasional dijadikan salah satu penentu
kelulusan siswa, artinya ada paksaan bahwa siswa harus lulus dan dampaknya
muncul karakter KETIDAK JUJURAN MERAJALELA di mana-mana meskipun ada juga
yang masih tetap mempertahankan kejujuran seperti contoh kasus di atas tadi.
Bagaimana seharusnya
melihat hal ini ? Tentunya kita harus melihat dampak yang terjadi di lapangan.
Bahwa sudah banyak terjadi KETIDAK JUJURAN di semua level tingkat satuan
pendidikan dan berjalan selama 2003 sampai 2013 ini. Artinya kita harus sadar
bahwa sistem pendidikan kita yang katanya berkarakter jujur ternyata sudah
TIDAK JUJUR lagi.
Menurut Bapak Ashwin Pulungan dalam sebuah tulisannya di http://edukasi.kompasiana.com/ mengutarakan opininya tanggal 15 April 2012 tentang Ujian Nasional bahwa UN yang telah dilaksanakan selalu bernuansa :
- ujian- ujianan,
- bohong- bohongan,
- kepura-puraan,
- tipu- tipuan,
- pura- pura mengawasi
(toong- toongan, keker-kekeran),
- soalnya bocor- bocoran,
mafia- mafiaan soal,
- sms- sma-an jawaban UN
yang dibocorkan,
- contek- contekan,
- musuh- musuhan setelah
UN,
- LULUS-lulusan
Selanjutnya akan
mewujudkan budaya anak didik ke depan :
-manusia yang tidak bisa
dipercaya
-cenderung berbudaya
manipulasi
-spontan bisa berkorupsi
ria, secara bergotong royong terkoordinir, terpadu,
-cenderung menghilangkan
rasa malu untuk berbuat maksiat
dan menurut belaiu UN
seharusnya ditunda dahulu sampai terjadi kesamaan dan kesetaraan belajar
mengajar pada setiap sekolah di seluruh Indonesia.
============================================================================
sumber : talk show MetroTV- Kick Andy 16.00-17.00 WIB , dan http://edukasi.kompasiana.com/
penulis : administrator
diterbitkan : www.rizky-catatanku.blogspot.com
============================================================================
sumber : talk show MetroTV- Kick Andy 16.00-17.00 WIB , dan http://edukasi.kompasiana.com/
penulis : administrator
diterbitkan : www.rizky-catatanku.blogspot.com
============================================================================